Cerita Dari Tapak
127

Tumbuh Harapan dari Tanah Jangkat

Di lereng-lereng hijau Desa Jangkat, Merangin, pagi datang bersama embun yang menempel di daun-daun muda kopi dan kayu manis. Angin membawa aroma tanah basah dan harapan yang perlahan mulai tumbuh bersama ribuan bibit yang kini menghiasi ladang-ladang petani.

Dulu, petani di desa ini terbiasa berjalan jauh ke dalam hutan untuk mencari bibit. Kalau tidak beruntung, mereka harus membeli dengan harga tinggi—sebuah beban tambahan di tengah tantangan hidup dari tanah yang sering kali tak cukup subur karena terbatasnya pupuk dan perawatan. Namun, semuanya mulai berubah sejak KPHP Merangin hadir membawa program rehabilitasi melalui dana BioCF ISFL.

Pada tahun 2024, sebanyak 25.000 bibit diturunkan ke Desa Jangkat. Bibit-bibit itu terdiri dari kopi, kayu manis, alpukat, dan beberapa komoditas lainnya. Bantuan ini tidak sekadar angka di atas kertas; ia hadir dalam bentuk tanaman muda yang kini menghijaukan lahan-lahan masyarakat.

“Dulu kami harus ambil bibit dari hutan, itu pun belum tentu tumbuh baik. Sekarang kami punya bibit unggul, gratis, dan ada pupuk juga,” ujar salah satu petani sambil membersihkan rumput liar di sekitar tanaman kopinya yang baru berumur dua bulan.

Program ini ditujukan bagi petani yang memiliki lahan maksimal dua hektar, dengan total luas distribusi bibit di satu desa tidak melebihi 50 hektar. Pendekatan ini tidak hanya mendukung petani kecil, tetapi juga menjaga keseimbangan agar rehabilitasi berjalan berkelanjutan dan terkontrol.

Tak hanya bibit dan pupuk, setiap petani yang berpartisipasi juga menerima insentif penanaman senilai Rp2.000.000. Uang ini menjadi penyemangat tambahan, sekaligus membantu memenuhi kebutuhan dasar selama masa awal tanam yang biasanya belum menghasilkan.

Namun, yang paling penting dari semuanya adalah perubahan pola pikir yang perlahan mulai tumbuh bersama tanaman-tanaman muda itu. Jika dulu membuka hutan dianggap satu-satunya jalan untuk memperluas lahan dan meningkatkan hasil, kini para petani mulai sadar bahwa menjaga hutan sambil meningkatkan produktivitas di lahan yang ada adalah jalan yang lebih bijak.

“Kalau dulu lahan kami kurang hasil, ya buka hutan. Tapi sekarang, cukup rawat yang ada. Tanam bibit bagus, beri pupuk, insya Allah hasilnya lebih baik,” kata petani lainnya, dengan senyum percaya diri yang belum lama ini jarang terlihat.

Desa Jangkat kini menjadi gambaran dari harapan yang menetas dari program yang menyentuh langsung akar persoalan: akses, ekonomi, dan lingkungan. Perlahan, desa ini menanam lebih dari sekadar pohon—mereka menanam masa depan.